Apa yang Dicari Para Koruptor?


AKHIR-AKHIR ini setiap hari kita membaca koran dan menonton TV selalu menemui berita-berita tentang korupsi. Pernahkah Anda berpikir apa yang sebenarnya para koruptor cari? Harta? Bukannya gaji mereka lebih dari cukup untuk hidup dan bersenang-senang? Tidakkah mereka berpikir tentang uang siapa yang mereka makan? Tidakkah mereka berpikir keserakahan mereka menyengsarakan rakyat banyak? Kalau Anda berpikir dan bertanya-tanya demikian Anda seperti saya. Saya sering berpikir apa yang mereka cari? Kalau kita cermati lebih dalam berbedakah para koruptor itu dengan pelaku bom bali? Atau yang sedang hangat diperbincangkan sekarang si pembantai dari jombang? Jawabannya mungkin tidak ada bedanya!!!

Kalau dirunut lebih jauh efek perbuatan para koruptor tidak jauh berbeda dengan pelaku bom bali atau si penjagal dari jombang. Mereka bisa membunuh kita dengan membiarkan hutan digunduli (alih fungsi hutan), mereka bisa membunuh kita dengan membuat kita jadi orang yang bodoh karena duit yang begitu besar harusnya bisa untuk biaya pendidikan berjuta-juta orang di Indonesia. Makanya sudah banyak juga orang setuju untuk menghukum mati atau menghukum seumur hidup para koruptor mengingat kejahatannya berefek jangka panjang ke banyak orang. Mereka yang setuju para koruptor dihukum mati mungkin juga melihat efek yang begitu besar yang ditimbulkan dari perbuatan para koruptor tersebut.

Di sini saya tidak bermaksud untuk mencoba menghakimi para koruptor tetapi hanya ingin menyoroti kenapa mereka bisa demikian serakah dengan menghalalkan segala cara. Dilihat dari segi finansial atau materi mereka bukan orang yang kekurangan. Disini saya juga tidak akan berbicara tentang moral yang mendasari perbuatan mereka atau konstruksi budaya yang menyebabkan banyak pejabat melakukan korupsi. Saya akan lebih menyoroti dari perspektif personal.

Jika ditinjau dari teori yang dikemukakan Freud sangat mungkin para koruptor tersebut hanya mengejar kesenangan (karena mereka tidak kekurangan). Freud bilang, pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak didorong oleh keinginan mengejar kenikmatan atau kesenangan atau lebih dikenal dengan Pleasure Principle.

Masih banyak atau bahkan kebanyakan orang masih hidup dengan Pleasure Principle ini dan hal ini berarti masih banyak juga orang berorientasi pada materialisme dan mendasarkan hidup mereka pada materi. Padahal menurut Steven Covey, orang yang mendasarkan hidupnya pada materi tidak akan pernah menemukan kebahagiaan dan tidak akan pernah menemukan apa yang mereka cari karena memang mereka tidak tahu apa yang mereka cari, mereka mencari kenikmatan dan kesenangan padahal kesenangan atau kenikmatan itu semu dan bersifat sementara.

Kalau materi, kesenangan dan kenikmatan masih menjadi tujuan hidup, bukan sarana hidup maka manusia tidak akan pernah puas dan menjurus menjadi serakah, karena selalu saja ada kekosongan. Frankl berpendapat kekosongan itu dapat terisi kalau seseorang sudah menemukan meaning atau makna dalam hidupnya. Mengacu pada teori Frankl, Pattakos dalam bukunya yang berjudul Lepas Dari Penjara Pikiran berpendapat bahwa kebutuhan atau dorongan untuk mencari kesenangan ala Freud dan upaya gigih mengejar kekuasaan ala Adler sesungguhnya hanyalah upaya-upaya untuk menutupi tetapi tidak selamanya mengisi kekekosongan makna dalam kehidupan orang-orang tersebut. Orang-orang mengejar kenikmatan karena belum menemukan makna hidupnya

Apakah hanya para koruptor saja yang mengejar kesenangan? Tidakkah banyak dari kita adalah pengejar kesenangan? Mungkin awalnya kita bersih, tulus, jujur dan punya integritas tetapi kalau kita masih belum menemukan makna hidup dan kemudian dihadapkan pada kesenangan tidak menutup kemungkinan kita juga akan seperti koruptor meski dalam skala kecil.

Sebenarnya pengaruh dari kekosongan hidup tidak hanya terjadi pada menjelmanya para wakil rakyat atau pejabat menjadi koruptor, namun pengaruh kekosongan dapat kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari. Lihat saja apa yang dilakukan para remaja kita saat mereka merasa sangat tidak ada perhatian dan tidak ada sesuatu yang membuat mereka berharga, mereka menjadi remaja yang hidup sesuai dengan teori Freud yang mengejar kesenangan semata.

Dunia hiburan semakin marak bak jamur di musim hujan. Banyak orang ingin menjadi artis karena kesenangan yang ditawarkan belum lagi kasus narkoba yang tidak terjadi pada anak muda saja. Tidak menutup kemungkinan anak-anak muda akan menjadi wakil rakyat atau pejabat yang korup juga kalau saat mereka menjadi wakil rakyat atau pejabat masih belum menemukan makna hidupnya dan masih hidup berdasar prinsip kesenangan.

Jadi apa yang bisa kita lakukan? apa yang dapat kita pelajari dari para koruptor dan dari anak-anak muda jaman sekarang yang hanya mengejar kesenangan? Haruskah kita berdiam diri? Kekuatan 1 orang bisa mengubah dunia. Nasihat mulailah dari diri kita sangat tepat sekali untuk kita lakukan. Ingat! Dari 1 orang akan menular ke orang lain dari orang lain akan menular ke orang berikutnya sehingga ada snowball effect. Apa yang sejatinya yang kita cari? Sudahkan kita menemukan makna hidup kita?

0 comments: (+add yours?)

Posting Komentar