I Love My Job, But I Hate My Boss!


Menjalani karier impian adalah anugerah yang tidak dimiliki setiap orang. Bagaimana bila kebahagiaan itu rusak gara-gara Anda mendapat bos yang jauh dari harapan?

Bos tak bisa diandalkan

Tipe atasan seperti ini, menurut Katherine Crowley penulis buku Working With You Is Killing Me, cenderung takut menghadapi konfrontasi dengan orang lain. Bisa jadi ia mendapat aduan atau menyaksikan sendiri sikap seorang anak buahnya yang jelas keliru. Namun, rasa takut menyebabkannya gagal menyelesaikan masalah. Ia justru akan membenamkan wajahnya ke pasir dan tidak menggunakan kekuasaannya untuk melakukan intervensi.

Jika ini yang terjadi, maka solusi yang harus diambil adalah mencari jalan keluar terhadap masalah Anda sendiri, dan baru selanjutnya meminta atasan untuk mendukung. Misal, jika atasan tak kunjung bersedia menegur rekan satu tim Anda yang hobi 'menunggak' pekerjaan, maka Anda bisa menyusun jadwal kerja baru yang wajib dipatuhi oleh rekan tersebut berikut konsekuensinya bila ia gagal memenuhi harapan. Minta atasan untuk memberikan persetujuannya terhadap jadwal baru yang Anda susun tersebut.

Bos genit

Dibanding rekan kerja lainnya, Anda yang paling sering dihujani pehatian atasan. Anehnya, bukan hanya, prestasi kerja Anda yang dipujinya, cara Anda berpakaian pun tak luput dari perhatian si bos. Ujung-ujungnya Anda sering mendapatinya main mata dan colak-colek seolah-olah tidak disengaja. Harus bagaimana, nih?

Apapun yang dilakukan oleh si bos terhadap Anda, tetaplah bersikap profesional. Lakukan semua yang menjadi tugas Anda seperti biasa, dan sebisa mungkin tidak berada terlalu dekat dengannya. Jika Anda sudah amat terganggu dengan sikapnya, jangan ragu untuk bilang terus terang. Katakan kalau Anda merasa tidak nyaman dengan sikapnya yang terlalu dekat. Asal Anda tahu, sentuhan fisik yang dilakukannya itu tergolong dalam sexual harassment.

Bos tidak kompeten

Anak buah yang lebih pandai dibandingkan atasannya bukanlah suatu peristiwa yang langka. Setidaknya, itulah kata Bob Weinstein, penulis buku I Hate My Boss!: How to Survive and Get Ahead When Your Boss is A Tyrant, Control Freak, or Just Plain Nuts! Namun, meski Anda gemas bukan main melihat gerak-gerik atasan yang agak lemot jangan keburu mengikuti dorongan untuk memusuhinya dan mencapnya sebagai seorang atasan yang buruk.

Pasalnya, kemampuan dalam menangani pekerjaan bukan satu-satunya kualitas yang dipertimbangkan perusahaan dalam memberikan posisi manajer kepada seseorang. Kualitas lain, seperti kematangan emosi dan kemampuan mengorganisir adalah kelebihan lain yang boleh jadi dimiliki oleh atasan Anda.

Daripada mencercanya habis - habisan, lebih baik Anda mencari poin positif yang bisa dipelajari dari atasan tersebut. Perkara kemampuannya berada di bawah Anda, itu lain soal.Yang jelas, selagi masih berstatus karyawan, tunjukkan kinerja sebaik-baiknya demi kemajuan tim. Percayalah, perusahaan tak akan menutup mata melihat pegawai berprestasi seperti Anda.

Control freak

Ini tipe atasan yang paling sering menjadi 'mimpi buruk' bagi karyawan. Bos yang gila kendali biasanya hobi menyetir Anda, hingga perkara sedetil-detilnya tentang cara Anda melakukan pekerjaan.

Di satu sisi, memiliki atasan seperti ini memang bisa membuat hari-hari kerja Anda terasa menyiksa. Namun, coba pikirkan sisi positif dari memiliki tipe atasan seperti ini. Bos yang gila kontrol biasanyajuga memiliki standar yang tinggi terhadap performa karyawannya.

Daripada mengeluh, manfaatkan hal tersebut sebagai pemacu kinerja Anda agar selalu berusaha menampilkan hasil kerja jempolan. Rajin-rajinlah bertanya dan cobalah penuhi tuntutannya dalam bekerja. Suatu saat is pasti akan melunak setelah menyaksikan sendiri kesungguhan Anda dalam bekerja.

0 comments: (+add yours?)

Posting Komentar