Evaluasi Kinerja, Siapa Takut?


Evaluasi atau penilaian kinerja (performance review) masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar karyawan. Maklum saja, dalam evaluasi ini kita harus siap dinilai dan tentu saja menerima kritik dari atasan.

Evaluasi kerja biasanya dilakukan setahun sekali atau per semester, tergantung pada sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Pada dasarnya evaluasi ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana kadar profesionalisme Anda.

Lewat review ini atasan dan manajemen bisa menilai kinerja kita. Misalnya, apakah kemampuan dan keahlian yang kita miliki selama ini sudah memadai, adakah target yang ditetapkan perusahaan tercapai, dan sebagainya. Pekerja yang memiliki kinerja bagus atau termasuk dalam top performer cenderung memperoleh kenaikan gaji lebih besar dibandingkan dengan rekan kerja yang kinerjanya lebih rendah. Selain itu, bila atasan menilai kinerja kita bagus, kompensasi berupa bonus besar sudah menanti.

Nah, apa saja yang harus kita persiapkan untuk menghadapi evaluasi kinerja?

* Catatan evaluasi pribadi
Idealnya, kita perlu melakukan evaluasi pribadi secara berkala, sehingga kita punya catatan prestasi dan pencapaian target yang sudah dibuat dalam kurun waktu tertentu. Catatan ini bertujuan untuk menghindari adanya perbedaan antara Anda dan atasan.

Selain daftar pencapaian target, masukkan pula prestasi atau peningkatan skill yang Anda capai, misalnya melanjutkan sekolah lagi atau telah mengikuti kursus tertentu.

Setiap tahun, setelah evaluasi kinerja, biasanya atasan akan memberikan daftar jobdesk dan target yang harus Anda capai selama kurun waktu tahun berikutnya. Ini bisa jadi panduan Anda dalam bekerja. Namun perubahan bisa saja terjadi. Misalnya pergantian bos yang menyebabkan bertambahnya tugas-tugas Anda. Karena itulah Anda perlu memiliki dokumentasi jobdesk lama dan baru.

* Tanggapi kritik
Kritik tentang performa kerja kerap kali terlontar dari atasan saat evaluasi kinerja. Tapi nggak perlu ngambek atau sakit hati mendengar komentar negatif atas kinerja Anda. Bila Anda punya bukti kuat, misalnya catatan prestasi tadi, Anda berhak membela diri. Misalnya saja bila Anda dinilai sering terlambat memenuhi tenggat pekerjaan, ajukan bukti bahwa selama ini Anda melakukan multitasking karena rekan kerja Anda dipindah ke departemen lain.

Namun Anda juga harus bersikap sportif bila selama ini memang performa Anda menurun. Yang penting, jangan sampai kritik dari atasan mematikan motivasi kerja dan membuat Anda jadi tak percaya diri. Lagi pula, bila kritik yang diberi seimbang dan masuk akal, justru bisa membangun prestasi kerja Anda dan membuat Anda tidak sembarangan mengambil keputusan.

Terakhir, jangan hanya fokus pada hasil akhir dari evaluasi tersebut. Bila yang Anda pikirkan hanya nilai A, B, C, atau D, itu artinya Anda hanya mementingkan evaluasi, bukan kontribusi yang bisa Anda beri untuk perusahaan.

0 comments: (+add yours?)

Posting Komentar