Bayi Prematur Lebih Berisiko Soal Kesehatan


Bayi yang lahir prematur berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan. Namun, terapi dengan pemberian suatu protein untuk menstimulasi pertumbuhan sel darah putih dan meningkatkan sistem kekebalan pada bayi prematur sejak dini ternyata kurang memberi manfaat.

Hasil riset terhadap 280 bayi yang lahir pada usia kehamilan 31 minggu atau kurang lahir prematur di Inggris sebagaimana dipublikasikan dalam jurnal The Lancet baru-baru ini menunjukkan, terapi itu tidak mencegah keracunan darah, penyebab utama kematian bayi baru lahir.

Bayi dengan berat badan lebih rendah dari bayi normal memiliki jumlah sel darah putih rendah atau neutropenia, hal ini meningkatkan risiko infeksi. Untuk itu, dokter spesialis neonatal meningkatkan penggunaan protein yang dikenal dengan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) untuk meningkatkan jumlah sel darah putih dan mencegah infeksi.

Sementara itu, di Indonesia, menurut dokter spesialis anak dari Divisi Hematologi-Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Pustika Amalia, Minggu (18/1), bayi prematur tidak diberi protein GM-CSF.

”Untuk meningkatkan sel darah putih, bayi prematur diberi imunoglobuline, tetapi angka keberhasilannya kecil sehingga lebih baik diobati infeksinya,” ujarnya.

Protein GM-CSF hanya diberikan kepada anak-anak yang terkena kanker untuk mengatasi efek samping kemoterapi. Itu pun tak dipakai untuk penderita leukemia. Kemoterapi yang bertujuan mematikan sel-sel kanker ternyata juga membunuh sel-sel normal, termasuk sel darah putih.

0 comments: (+add yours?)

Posting Komentar